Jumat, 09 April 2010

Strategi Bisnis Lion Air Menembus Langit Biru ..

Kalau ada sebuah organisasi bisnis di tanah air yang pertumbuhannya tergolong sangat spektakuler, maka Lion Air boleh jadi merupakan salah satu diantaranya. Didirikan pada tahun 2000 silam, dengan hanya modal satu kali penerbangan per hari, kini mereka melayani 200 penerbangan per hari. Itu artinya, hanya dalam sepuluh tahun, volume penerbangan mereka tumbuh sebanyak 200 kali atau 20,000%.
Tentu saja pendapatan bisnis Lion juga turut terbang mengangkasa. Tahun 2009, total pendapatan mereka sekitar 6 trilyun (dan sekali lagi, ini hanya dicapai dalam waktu yang relatif pendek, yakni hanya sepuluh tahun. Tak banyak perusahaan di tanah air yang bisa menembus angka penjualan 6 trilyun hanya dalam 10 tahun berdirinya). Jumlah penumpang Lion tahun lalu menembus angka 13 juta, dan ini artinya menggusur jumlah penumpang Garuda (hanya 8,3 juta), sebuah maskapai yang jauh lebih tua usianya.
Ada beberapa poin mengenai strategi bisnis yang bisa diambil dari kisah spektakuler Lion Air ini. Yang pertama, negara kepulauan seperti Indonesia memang sebuah lokasi yang nyaris sempurna bagi kehadiran sebuah bisnis penerbangan. Dan Lion Air memasuki pasar yang amat menggiurkan itu dengan strategi bisnis yang tergolong baru pada zamannya : low cost airline.
Melalui strategis bisnis low cost itulah, Lion Air kemudian mampu mengejawantahkan tagline-nya yang brilian itu : we make people fly - membuat setiap orang, mulai dari pedagang kain dari Ternate, ibu-ibu rumah tangga dari Medan, petani jeruk dari Pontianak, atau mahasiswa dari Papua, bisa punya kesempatan terbang menembus langit nusantara.
Catatan yang kedua, pertumbuhan bisnis yang fenomenal itu juga segera disertai dengan strategi pembelian armada pesawat baru yang agresif. Dunia penerbangan Asia sungguh tercengang, ketika Lion Air mendeklarasikan akan membeli 178 pesawat Boeing seri terbaru, yakni 737 – 900 ER (extended range, body lebih panjang). Harap diketahui, harga satu pesawat baru seri 737 – 900 itu adalah sekitar Rp 600 milyar. (Berdasar estimasi, dana Rp 600 milyar itu akan balik modal hanya jika pesawatnya telah dioperasikan sekitar 25 tahun. Ini memang bisnis jangka panjang).
Dengan armada yang demikian masif, dan dengan harga tiket yang kompetitif, Lion Air memang ingin terus terbang tinggi, termasuk menguasai langit wilayah Asia (jadi bukan hanya Indonesia). Impian ini mungkin bisa menjadi kenyataan jika, dan hanya jika, mereka melakukan perbaikan dalam dua aspek kunci : manajemen keselamatan dan keramahan pramugari.
Sebagai orang yang hampir tiap minggu pergi dengan pesawat udara (dan jujur saja : naik pesawat adalah salah satu hal yang paling saya benci karena saya takut ketinggian); maka saya melihat masih banyak ruang yang harus diperbaiki oleh Lion Air dalam aspek keselamatan kerjanya.
Acap disana sini saya melihat bagian kecil pesawat yang kelihatannya tidak dipelihara atau dirawat dengan rapi (pegangan kursi yang retak, engsel bagasi yang sidah aus, sabuk pengaman yang macet; ban yang gundul, speaker yang gemerisik suaranya…..). Hal-hal kecil semacam ini biasanya indikasi masalah besar dikemudian hari. Lion Air harus segera menaruh perhatian serius dan dana yang memadai untuk segera meningkatkan mutu pemeliharaan pesawat dan keselamatan aramadanya. Jika tidak, mereka mungkin bisa mengalami nasib tragis seperti Adam Air yang lenyap ke laut itu.
Keramahan pramugari Lion Air saya rasa yang paling buruk di antara maskapai lainnya. Benar, mereka perempuan muda yang segar nan cantik rupawan, namun pelayanan dan keramahan mereka acap sungguh memilukan. Mereka nyaris tak pernah menyapa para penumpang dengan “hati”, dengan passion. Wajah mereka yang rupawan itu bagi saya sering jadi seperti robot tanpa jiwa, tanpa soul. Pelayanan semacam itu tentu sebuah tragedi jika terus dilanjutkan.
Kalau saja saya menjadi pengelola SDM di Lion Air, tentu saja kompetensi pramugari semacam itu harus segera dirombak habis-habisan. Mulai dari soal rekrutmen pramugrasi, pelatihannya hingga sistem remunerasinya.
Kalau saja dua aspek itu, yakni aspek keselamatan kerja serta kualitas layanan pramugrasi bisa dibenahi dengan radikal, maka Lion Air pasti akan bisa terbang lebih tinggi. Dan cita-cita mereka untuk menjadi penguasa langit Asia – dan bukan hanya Indonesia – mungkin bisa menjadi kenyataan.
Sumber : http://strategimanajemen.net

Rabu, 07 April 2010

Grand Strategy Program Desa Dampingan Unud

Lokasi : Desa Pengotan – Kabupaten Bangli
Waktu : 2010-2012
Pelaksana : Tim lintas Fakultas pengembangan program dampingan.
Sumber :www.lpm.unud.ac.id

Secara geografis, desa ini terletak pada ketinggian 800-1000 meter di atas permukaan laut, memiliki luas 9.79 km2, dan dihuni oleh 3589 orang penduduk yang tergabung menjadi 924 KK. Di desa tradisional (Bali Age) ini berkembang sistem pertanian lahan kering dengan produktivitas yang masih rendah. Demikian pula tingkat pendidikan dan pendapatan rumah tangga miskin (RTM).
Sebagai bagian dari grand strategy pendampingan Desa Pengotan, rencana pemanfaatan lahan Unud harus ditata kembali. Lahan ini harus dijadikan laboratorium lapangan Unud (site project) pengembangan sistem pertanian terpadu dan inseminasi buatan sapi Bali unggul. Di lahan ini akan dikembangkan budidaya sapi Bali unggul, budidaya pertanian lahan kering, dan kerajinan tangan dari bambu sebagai basis sekolah lapangan Unud.
Pengembangan Desa Pengotan dan pemanfaatan lahan Unud sebagai lab. lapangan akan memberikan manfaat dan peluang pengembangan kerjasama lintas disiplin dan antar program studi di Unud di bidang pengentasan kemiskinan di desa dengan sistem pertanian lahan kering. Mutu dan efektifitas pelaksanaan program pengembangan desa dampingan Unud di Desa Pengotan, termasuk di desa lainnya di Bali, akan menjadi bukti komitmen dan langkah strategis Unud mengembangkan diri menjadi world class University pada tahun 2021
Strategi
Strategi yang dirumuskan melalui program Pengabdian Masyarakat dan Penelitian memiliki dua dimensi.
Dimensi pertama, pengembangan usaha tani skala kecil secara terpadu berbasis pupuk organik. Teknologi tepat guna diperkenalkan mulai dari pemakaian pupuk organik, pemilihan bibit, pengolahan tanah, cara tanam, sampai ke pemasaran produk pertanian, dan peternakan. Output kegiatan ini adalah digunakannya secara bertahap pupuk organik pada lahan pertanian penduduk setempat, terutama di lahan milik RTM. Dengan menjadi desa ini berbasis pertanian organik, secara bertahap diharapkan ketahanan pangan dan pendapatan RTM akan meningkat, termasuk teratasinya masalah air dan peningkatan akses masyarakat ke pelayanan kesehatan bermutu.
Dimensi kedua, pengembangan lahan Unud sebagai laboratorium (sekolah) lapangan. Outputnya adalah sapi Bali unggul melalui inseminasi buatan, dan budi daya pertanian lahan kering melalui demplot pembuatan bibit. Petani setempat akan belajar mengembangkan usaha tani terpadu melalui demplot (Sekolah lapangan) Unud ini.
Dokumen akademik hasil penelitian dan pengabdian masyarakat di bidang peternakan, pertanian, dan pengentasan kemiskinan akan dipublikasikan di berbagai forum ilmiah. Dengan mengembangkan inseminasi buatan sapi Bali unggul dan budidaya tanaman lahan kering di lahan yang dikelola Unud ini, Desa Pengotan akan menjadi pusat pengembangan bibit sapi Bali unggul dan budi daya tanaman lahan kering di Bali bahkan di Indonesia.
Kedua dimensi yang diuraikan di atas akan menjadi pedoman Unud menjawab isu-isu strategis pengembangan Desa Pengotan. Kasus baru gangguan gizi sampai gizi buruk pada ibu hamil dan Balita RTM harus bisa ditekan seminimal mungkin di masa depan. RTM harus dijadikan sasaran utama pengembangan program dampingan Unud. Sistem pertanian organik diperkenalkan secara bertahap kepada kelompok-kelompok tani pelopor dari masing-masing dusun yang sudah mengikuti pelatihan di sekolah lapangan (alam) Unud.
Strategi yang diterapkan terkait dengan kedua dimensi tersebut mencakup:
1. Intensifikasi sistem pertanian lahan kering menggunakan pupuk organik
2. Diversifikasi budi daya tanaman dan ternak.
3. Memperluas jangkauan pendidikan melalui sekolah lapangan dan gerakan orang tua asuh.
4. Membangun semangat kewirausahaan RTM di bidang pertanian, peternakan dan kerajinan tangan dari bambu mulai dari bantuan permodalan dan bibit sampai ke pemasarannya.
5. Merevitalisasi Posyandu sebagai UKBM (upaya kesehatan berbasis masyarakat). Program ini diawali dengan pelatihan kader (posyandu dan dasa wisma) masing-masing dusun. Tujuan pelatihan adlah meningkatkan kompetensi dan komiment kader mengembangkan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA).
6. Mengefektifkan pemanfaatan lahan Unud sebagai laboratorium (Sekolah Lapangan) melalui kegiatan penelitian di bidang peternakan, pertanian terpadu lahan kering, dan kerajinan bambu.
7. Mencari alternatif sumber air melalui studi kelayakan. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Desa Pengotan yang sudah lama mendambakan air, baik untuk kebutuhan domestik keluarga maupun untuk pengembangan sistem pertanian mereka.
Ketujuh strategi tersebut akan dikembangkan sambil memantapkan terus koordinasi staf Unud dengan Dinas – Dinas terkait di Pemkab Bangli, mulai dari perencanaan sampai proses implementasi dan monitoringnya. Yang tidak kalah penting, koordinasi internal dan keterpaduan berbagai disiplin ilmu di Unud harus terus dirintis dan dikembangkan sesuai dengan isu-isu strategis yang berkembang di Desa Pengotan.
Manfaat dan dampak program
Hasil langsung pengembangan program dampingan Unud di desa ini mencakup:
1) Peningkatan produktifitas usaha tani RTM.
2) Peningkatan persediaan pangan RTM.
3) Peningkatan daya beli keluarga RTM.
4) PWS KIA mampu melakukan pemetaan dan mendokumentasikan kesehatan ibu hamil dan balita di masing-masing dusun. Data ini diterjemahkan menjadi program aksi untuk meningkatkan kesehatan ibun hamil dan Balita RTM.
5) Lahan Unud berkembang menjadi pusat pembibitan budi daya tanaman lahan kering, dan sapi Bali unggul atau pusat bank sperma sapi Bali unggul di Indonesia.
6) Pemuda pelopor dari masing-masing dusun menerapkan hasil pelatihannya untuk meningkatkan produktifitas lahan pertanian, peternakan dan kerajinan di wilayahnya masing-masing.
7) Sekolah lapangan mampu memberdayakan SDM potensial di setiap dusun yang akan menjadi motor penggerak pengembangan pertanian organik di desa ini.
Program dampingan Unud selama lima tahun (2010-2014) di Desa Pengotan akan menghasilkan dokumen akademik (publikasi ilmiah) dan peningkatan kesejahteraan RTM di desa ini seperti perbaikan pola konsumsi dan penurunan masalah gizi ibu hamil dan balita. Selain itu, program ini akan menjadi model pengentasan kemiskinan di desa pertanian lahan kering di Indonesia.
Keberhasilan UCDP mengembangkan Desa Pengotan dan lahan Unud di desa ini akan sangat ditentukan oleh komitmen pimpinan Unud mendorong staf akademik Unud menjadikan Unud sebagai PT yang mampu menghasilkan SDM unggul, mandiri dan berbudaya (best practices), termasuk menyediakan anggaran pengembangan UCDP. Kinerja tim lapangan Unud dan staf peneliti juga ikut menjadi faktor penentu keberhasilan UCDP. Komitmen pimpinan dan efektifitas kinerja tim lapangan akan menjadi pemicu pengembangan Tri Dharma PT yang langsung juga bermanfaat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Pengotan.
Indikator utama (key perforamce indicators) keberhasilan program dampingan Unud untuk pengembangan Desa Pengotan menjadi desa pertanian organik meliputi dua aspek yaitu aspek demand (kebutuhan masyarakat) dan aspek supply (Unud sebagai PT pendamping).
Menghadapi CAFTA Adalah Tantangan Bagi Indonesia Untuk Maju
Sumber : http://id.voi.co.id

Memasuki sebulan implementasi blok perdagangan bebas kawasan yang lebih dikenal sebagai CAFTA -China-ASEAN Free Trade Area, pemerintah Indonesia telah melayangkan surat ke China guna mengambil langkah-langkah renegosiasi terhadap jalannya CAFTA. Di Tanah Air, tanggapan terhadap dimulainya CAFTA telah menuai kontroversi antara pejabat pemerintah dan para pelaku usaha yang belum siap menghadapinya.

Sebenarnya, pandangan sinis ini terlalu dini untuk dilontarkan. Pasalnya, kesepakatan CAFTA bukanlah suatu alasan rasional bahwa membanjirnya produk impor dari China ke Indonesia. Tidakkah kita saksikan sebelum CAFTA berlangsung, produk-produk dari negeri tirai bambu ini sudah meramaikan pasar-pasar dalam negeri. Semestinya dari jauh-jauh sebelumnya, baik pemerintah, para pelaku usaha dan masyarakat Indonesia pada umumnya sudah meyakini bahwa CAFTA bukan hasil negosiasi setahun yang lalu melainkan hal ini sudah cukup panjang.

Implementasi blok perdagangan bebas kawasan ini harus disikapi dengan arif agar membuka kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk mampu bersaing bukan hanya dengan China akan tetapi tantangan kedepan menuju perdagangan bebas kawasan Asia Pasifik pada tahun 2020. Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya lebih baik melangkah ke depan daripada mengambil langkah 'setback'. Kita perlu bertanya apakah negara-negara ASEAN lainnya yang sudak terikat dengan CAFTA mengambil langkah-langkah yang sama dengan kita?

Maklum saja! Tiga bulan terakhirnya ini, pemerintahan yang dinahkodai presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah disibukkan dengan banyaknya persoalan hukum. Kita ambil contoh: masyarakat Indonesia tersita perhatiannya pada kasus Bank Century dan kasus hukum yang menimpa ketua non-aktif KPK -Antasari Azhar. Sebagai pemimpin tertinggi di pemerintahan, seorang presiden harus bertanggungjawab atas perbaikan nasib masyarakatnya selama kurun waktu tertentu. Dia harus mampu dengan tegas memimpin dan mendorong tuntasnya segera berbagai PR bangsa Indoensia, bukan justru kontraproduktif terhadap berbagaikasus.

Dengan demikian, melalui CAFTA, ini adalah kesempatan bagi Indonesia selaku negara berkembang untuk menjadi negara maju. Dengan menjadi bagian dari G-20, Indonesia telah mendapat pengakuan itu. Hal terpenting Indonesia harus lakukan adalah bagaimana memainkan peran penting memperjuangkan kepentingan nasional dan sekaligus pelaku utama dalam turut serta menata dunia dengan adil sesuai UUD 1945.

Sebaiknya, pada pemerintahan jilid kedua ini, presiden Sisulo Bambang Yudhoyono harus sadar akan amanat yang berat ini dan dapat pula memberikan inspirasi kepada rakyat Indonesia agar percaya diri dan bangga akan apa yang dicapai bersama. Namun, kita harus pula mengakui bahwa hasil-hasil itu tidak cukup dan harus ditingkatkan dengan sungguh-sungguh.

Untuk itu masyarakat hendaknya diberi pendidikan, dorongan, dan percontohan, serta kepemimpinan. Jelasnya, ke depan, tantangan besar bangsa Indonesia bukan hanya masalah bagaimana menghadapi China-ASEAN Free Trade Area -CAFTA akan tetapi bagaimana menjadi bangsa yang setara dengan bangsa-bangsa yang sudah maju agar dapat dihargai baik rakyatnya sendiri maupun masyarakat kawasan dan dunia.


Dampak Cafta Lebih Banyak Untung atau Rugi ??

Awal tahun 2010 yang merupakan saat mulai diberlakukanya China ASEAN Free Trade Area atau CAFTA sampai hari ini masih menimbulkan banyak kontroversi pendapat terutama dari kalangan pebisnis di Indonesia. Terutama dampaknya dari stabilitas ketenagakerjaan
Tapi untuk perekonomian global Indonesia bagaimana sebetulnya dampak CAFTA ini ?
Manfaat positif lainnya dari pemberlakukan CAFTA bisa diprediksikan bahwa sejumlah produk barang dan jasa buatan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran domestik China. Produk-produk hasil perkebunan seperti kakao, minyak kelapa sawit dan lain-lain misalnya.akan lebih mudah diterima dan dibeli konsumen China sebab lebih kompetitif.
Sedangkan faktor kerugian yang banyak dikhawatirkan masyarakat Indonesia adalah masalah ketenagakerjaan , yaitu akan meningkatnya PHK dan pengangguran. Tapi karena kenyataanya pemerintah memang tetap memberlakukan CAFTA ini , maka diluar itu semua pemberlakuan CAFTA bisa dilihat dari manfaat positifnya yang mungkin saja lebih besar ketimbang efek negatifnya.
Jika kita kembali mencoba melihat sisi positif dari CAFTA maka bisa kita analisa bahwa jika dikatakan CAFTA akan berdampak negatif, maka hal itu karena mayoritas industri Indonesia mempunyai kesamaan dengan apa yang dihasilkan industri China. Maka bukankah itu bisa dijadikan motivasi Indonesia untuk lebih membangun masyarakat yang lebih produktif dan kreatif serta mandiri secara ekonomi.
Diberlakukanya CAFTA diharapkan bisa menjadi pemicu motivasi bangsa Indonesia untuk migrasi dari budaya konsumtif menjadi bangsa yang lebih produktif .
Mungkin sesuatu yang nampak sepele ,seperti mengimpor buah-buahan yang identik dengan lifestyle seperti buah-buahan, Apel, Peer,Anggur, Dll , itu kan sama saja malah memberikan subsidi kepada petani bangsa lain, mengapa anggaran impor itu tidak dialihkan untuk mensubsidi petani Indonesia sendiri, toh rakyat tidak akan kekurangan gizi kalaupun tidak makan buah-buahan itu, kita juga punya buah-buahan bergizi tinggi seperti pisang, nanas, DLL.
Sumber : Politikana.com