Menghadapi CAFTA Adalah Tantangan Bagi Indonesia Untuk Maju
Sumber : http://id.voi.co.id
Sumber : http://id.voi.co.id
Memasuki sebulan implementasi blok perdagangan bebas kawasan yang lebih dikenal sebagai CAFTA -China-ASEAN Free Trade Area, pemerintah Indonesia telah melayangkan surat ke China guna mengambil langkah-langkah renegosiasi terhadap jalannya CAFTA. Di Tanah Air, tanggapan terhadap dimulainya CAFTA telah menuai kontroversi antara pejabat pemerintah dan para pelaku usaha yang belum siap menghadapinya.
Sebenarnya, pandangan sinis ini terlalu dini untuk dilontarkan. Pasalnya, kesepakatan CAFTA bukanlah suatu alasan rasional bahwa membanjirnya produk impor dari China ke Indonesia. Tidakkah kita saksikan sebelum CAFTA berlangsung, produk-produk dari negeri tirai bambu ini sudah meramaikan pasar-pasar dalam negeri. Semestinya dari jauh-jauh sebelumnya, baik pemerintah, para pelaku usaha dan masyarakat Indonesia pada umumnya sudah meyakini bahwa CAFTA bukan hasil negosiasi setahun yang lalu melainkan hal ini sudah cukup panjang.
Implementasi blok perdagangan bebas kawasan ini harus disikapi dengan arif agar membuka kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk mampu bersaing bukan hanya dengan China akan tetapi tantangan kedepan menuju perdagangan bebas kawasan Asia Pasifik pada tahun 2020. Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya lebih baik melangkah ke depan daripada mengambil langkah 'setback'. Kita perlu bertanya apakah negara-negara ASEAN lainnya yang sudak terikat dengan CAFTA mengambil langkah-langkah yang sama dengan kita?
Maklum saja! Tiga bulan terakhirnya ini, pemerintahan yang dinahkodai presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah disibukkan dengan banyaknya persoalan hukum. Kita ambil contoh: masyarakat Indonesia tersita perhatiannya pada kasus Bank Century dan kasus hukum yang menimpa ketua non-aktif KPK -Antasari Azhar. Sebagai pemimpin tertinggi di pemerintahan, seorang presiden harus bertanggungjawab atas perbaikan nasib masyarakatnya selama kurun waktu tertentu. Dia harus mampu dengan tegas memimpin dan mendorong tuntasnya segera berbagai PR bangsa Indoensia, bukan justru kontraproduktif terhadap berbagaikasus.
Dengan demikian, melalui CAFTA, ini adalah kesempatan bagi Indonesia selaku negara berkembang untuk menjadi negara maju. Dengan menjadi bagian dari G-20, Indonesia telah mendapat pengakuan itu. Hal terpenting Indonesia harus lakukan adalah bagaimana memainkan peran penting memperjuangkan kepentingan nasional dan sekaligus pelaku utama dalam turut serta menata dunia dengan adil sesuai UUD 1945.
Sebaiknya, pada pemerintahan jilid kedua ini, presiden Sisulo Bambang Yudhoyono harus sadar akan amanat yang berat ini dan dapat pula memberikan inspirasi kepada rakyat Indonesia agar percaya diri dan bangga akan apa yang dicapai bersama. Namun, kita harus pula mengakui bahwa hasil-hasil itu tidak cukup dan harus ditingkatkan dengan sungguh-sungguh.
Untuk itu masyarakat hendaknya diberi pendidikan, dorongan, dan percontohan, serta kepemimpinan. Jelasnya, ke depan, tantangan besar bangsa Indonesia bukan hanya masalah bagaimana menghadapi China-ASEAN Free Trade Area -CAFTA akan tetapi bagaimana menjadi bangsa yang setara dengan bangsa-bangsa yang sudah maju agar dapat dihargai baik rakyatnya sendiri maupun masyarakat kawasan dan dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar